Anggapan masyarakat Muslim Indonesia,khususnya sebagian besar warga NU,terhadap Arab Saudi sebagai basis aliran Wahabi sudah sangat melekat di benak mereka. Dikarenakan seringnya aliran Wahabi membidahkan amaliah warga NU,sepertinya upaya yg dilakukan Prof. Dr.Ali Mustafa Yaqub dalam mempertemukan NU dan Wahabi belum membuahkan hasil.Imam Besar Masjid Istiqlal pernah menulis artikel di Republika. co. id dengan judul “Titik Temu Wahabi-NU” pada (13/02/15).
Bahkan,artikel tersebut dikembangkan lagi menjadi sebuah buku berbahasa Arab yg berjudul al-Wahabiyah wa Nahdhatul ‘Ulama,Ittifaq fil Ushul la Ikhtilaf.Namun,usaha tersebut justru dicurigai sebagian orang bahwa Imam Besar Masjid Istiqlal itu Wahabi.Padahal faktanya tidak demikian
Menurut Sumanto Al Qurtuby,profesor Antropologi asal Indonesia yg bertugas di King Fahd University of Petroleum and Minerals Saudi Arabia,anggapan bahwa seluruh penduduk Arab Saudi penganut Wahabi itu keliru. Berikut 5 Penjelasannya :
1. Mayoritas Penduduk Arab Saudi Penganut Suni
Menurut Sumanto,sekitar 15% penduduk Arab Saudi adalah Syiah dari berbagai mazhab teologi. Sementara itu,lebih dari 1/3 populasinya adalah kaum migran.Wahabi sejatinya adalah “minoritas agama penguasa” di Arab Saudi karena menjalin patron dengan rezim politik.Menurutnya, mayoritas penduduk Arab Saudi tentu saja Suni dari berbagai aliran yg tersebar di berbagai area.
Pria kelahiran Batang,Jawa Tengah ini,menambahkan bahwa pengikut “Wahabi” kebanyakan terpusat di kawasan Najd (Arab Saudi bagian tengah),khususnya Al-Qassim, Ha’il,dan juga Riyadh,tempat lahirnya pendiri Wahabi dan leluhur Dinasti Saud.Menurutnya,tidak semua keturunan Raja Sa’ud itu otomatis pengikut Wahabi.
2. Kerajaan Arab Saudi Antikritik
Sumanto berpendapat bahwa kasus pembunuhan yg menimpa salah satu tokoh Syiah di Arab Saudi, Syekh Nimr an-Nimr,itu bukan karena kesyiahannya,tapi karena makar,separatisme, dan sektarianisme yg dilakukan Syekh Nimr an-Nimr. Selain itu, menurut Sumanto,Syekh Nimr merupakan spionase Iran
Namun pendapatnya ini ditolak oleh Dina Sulaeman.Menurut penulis buku Prahara Suriah ini, seperti dikutip dari Dinasulaeman.wordpress.com, pemerintah Arab Saudi itu antikritik. Pemilihan aliran Wahabi sebagai ideologi kerajaan merupakan jalan aman pemerintah Arab Saudi menghindari demonstrasi-demonstrasi ketidakadilan kerajaan. Sementara itu,Syekh Nimr justru merupakan tokoh Syiah yg giat mengkritik Pemerintah Arab Saudi atas kebijakan yg diskriminatif terhadap kaum Syiah di Arab Saudi.
3. Pembagian Kelompok Wahabi
Sumanto beranggapan bahwa tidak semua penganut Wahabi itu ekstrim. Menurutnya,Wahabi itu terbagi menjadi lima corak,yaitu Wahabi Ekstrim,Wahabi Aksesoris,Wahabi Pragmatis-Oportunis, Wahabi Moderat, dan Wahabi Liberal.Sumanto menyederhanakan Wahabi Ekstrim dengan kelompok tertentu yg suka mengamuk-amuk dan membidahkan orang lain yg tidak sepaham.Sementara Wahabi Aksesoris itu kelompok yg secara pakaian dan jenggotnya mirip dengan “Wahabi”.
Menurut Sumanto,Wahabi Pragmatis-Oportunis adalah kelompok yg pura-pura jadi Wahabi supaya dapat akses politik dan ekonomi.Sementara itu,Wahabi Moderat itu mereka yg ke dalam konservatif, keluar toleran.Artinya,mereka mengamalkan pemahaman mereka hanya utk diamalkan dirinya sendiri dan simpatisannya,bukan utk menyalahkan amaliah kelompok lain.
Terakhir,Wahabi Liberal adalah kelompok yg kalau di ruang publik dan di Arab Saudi saja memperlihatkan kewahabiannya. Namun, kalau di ruang privat apalagi di luar Arab Saudi,kelompok Wahabi yg terakhir ini bisa saja tidak setuju dengan kelompok agama lain dalam banyak hal tentang bebrapa isu sosial-keagamaan tertentu tapi bukan berarti lantas sebagian marah dan ngamuk-ngamuk ngegeruduk seenaknya.
4. Suni, Syiah, Wahabi
Sumato yg sehari-hari hidup di Arab Saudi merasakan perbedaan yg sangat drastis terkait hubungan sebagian penganut bebrapa kelompok keagamaan antara Arab Saudi dan Indonesia.Menurutnya, banyak kelompok Wahabi Indonesia yg berpandangan bahwa kaum Sunni dan Syiah di Arab Saudi itu saling bermusuhan.
“Bagaimana bisa bermusuhan,wong mereka bisa ngopi,ngeteh,ngerokok dan kongko-kongko bareng, ” tulisnya di Facebook.Menurut Sumanto,hubungan Suni-Syiah bahkan bisa ditemukan di pasar-pasar tradisional,baik sebagai penjual maupun pembeli. “Di berbagai daerah di Ahsa bahkan sudah biasa kawin-mawin selama beratus-ratus tahun, ” imbuhnya meyakinkan.
5. Sesama Kelompok Islam Jangan Saling Bermusuhan
“Hanya orang yg tidak waras yg mengingkan kekacauan.Semua orang waras ya lebih memilih rukun kan ketimbang musuhan? ” tegas Sumanto. Menurutnya,pelaku kekerasan terhadap Syiah di Saudi itu bukan dilakukan oleh “massa” layaknya di Indonesia, tapi oleh kelompok snipers dan teroris yg di Arab Saudi sendiri juga dimusuhi.
Baca juga:Waspadai Gaya Dakwah Wahabi
“Karena itu sejumlah kelompok Islam di Indonesia jangan suka berbuat kekerasan terhadap kelompok agama lain.Anda tahu kan kalau dalam Islam, babi itu haram.Nah,babi yg tidak buta saja haram,apalagi membabi buta, kan lebih haram lagi? ”tuturnya menasihati kelompok ekstrimis di Indonesia dengan candaan yg sarkastis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar